LPM Skolastik - Angin berhembus sangat kencang memaksaku melepaskan tubuhku dari tangkaiku dan terbang kemanapun angin membawaku, lama sekali tubuh mungilku menjelajahi angkasa luas itu tanpa tau ke arah mana? Dan akan tiba di wilayah sebelah mana diriku tetap mengkuti kemana angin menerbangkanku. Mentari mulai menghilang dibalik bukit lalu yang ada hanya serpihan cahaya yang menerobos celah celah pohon. Angin mulai memelan tubuhku mulai merendah dan
sampailah aku di atas tanah basah itu, Aku hanya perlu tertidur sesaat sembari menunggu benihku tumbuh dan menjadi kehidupan yang baru.
Tiba tiba aku terperanjat saat kedua mataku terbuka aku bukan lagi benih. Aku menjadi seorang manusia memiliki kedua kaki dan kedua tangan, rambut yang tergerai indah tersibak saat terkena angin.
“Aku jadi manusia! Aku bukan benih lagi!?” ucapnya dengan nada sangat gembira. “Iya aku menemukan mu di bawah pohon di dalam hutan jadi aku mebawamu kemari” kata seseorang yang lalu mengalihkan perhatiannya “Kau yg menolongku terima kasih banyak” sembari tersenyum “Iya , aku tidak tahu siapa namamu, siapakah namamu?” Tanya ibu itu "Aku..siapa aku...aku hanya benih dandelion.” Ucap nya merunduk sedih “Ha...bagaimana jika ibu memanggilmu leone, kamu cantik ceria dan optimis” “Indah sekali..tentu saja aku sangat senang jika ibu memanggilku nama itu” “Leone jadilah anaku disini” “ahh...jika ibu berkenan aku akan tetap disini menjadi anakmu”
Pertemuan yang hangat sungguh bahagia diriku, kebahagiaan yang tidak bisa dihitung dengan
hitungan matematika, tidak bisa diterjemahkan seperti halnya reaksi kimia atau dikonversikan
dalam fisika. Ini adalah kehangatan yang aku rindukan.
》》》》》》》
Sreeeekkkkk
Kusibakkan gorden yang menutup jendela itu, cahaya mentari menyeruak memaksa masuk dan menembus diriku.
“Jadi ini rasanya saat menjadi manusia, kufikir bukan hari ini “ Aku tampak menikmati hangat mentari dan terlarut didalam suasana pagi yang baru kali ini
aku rasakan. “Aku akan jadi manusia yang baik layaknya dandelion yang kuat, tangguh dan optimis.
Setidaknya aku tau apa tujuan ku menjadi manusia” katanya dalam hati “Leone...apa kau sudah bangun?” teriak ibu
“Sudah bu” aku sangat bersemangat , lalu aku berlari menuju ke arah ibu. Dengan wajah penuh senyum tubuh yang kecil dan ringan rambut yang halus dan panjang serta kaki yang kecil aku sangat lincah berlarian kesana kemari. “Leone putriku ..hati hati jangan jauh jauh dari rumah hutan berbahaya “ tegur ibu padaku
“Ibu tenang saja aku akan mencari beberapa bunga cantik untuk aku tanam dirumah aku takkan jauh” jawab leone yang tampak tak menghiraukan ucapan ibunya. Karena terlalu bersemangat
leone berjalan terlalu jauh dari ibunya hingga dia tersadar bahwa ia tersesat.
“Celaka aku! Aku berjalan terlalu jauh” katanya dengan begitu panik.
Sudah cukup lama aku berjalan namun belum kutemukan juga kearah mana aku harus pulang. Dengan cemas dan perasaaan yang tak karuan aku terus menyusuri jalan jalan dan mencoba
mencari pentunjuk yang bisa aku ingat , nampaknya aku benar benar lupa
“Aku sungguh ceroboh “ sesal leone sambil menangis. Dia kelihatan lemas dan tak bertenaga karena kelelahan dia lalu duduk ditepi sungai yang ia temukan saat ia merasa haus. Lalu diantara rasa paniknya dia mendengar sesuatu ada dibelakangnya. Dia bersiaga dan bersiap melawan.
“Siapa itu!?”
Hening.....tanpa jawaban suara itu semakin keras dan semakin dekat, leone semakin takut, setelah itu munculah seorang gadis kecil yang manis bersama kucing miliknya yang terluka.
.................
Bersambung
Oleh: Banatul Khomsah
Mahasiswa Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah
Mahasiswa Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah